Monday 19 September 2011

"Nikmat Mengenal Allah"



Wahai Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala ilmu, Yang Maha Menciptakan
Dinul haq, sesungguhnya hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui Islam yang
sebenar-benarnya. Karena itu, tuntunlah kemampuan hamba-Mu ini untuk
mengutarakan kebenaran-Mu.

Jadikan siapa pun yang ikut menyimak
kebenaran-Mu ini, Kau bersihkan hatinya dengan sebersih-bersihnya, sehingga
tidak ada satu niat pun, kecuali ingin mencari kebenaran-Mu dan bertemu
dengan-Mu.

Tidak ada kenikmatan yang lebih besar di dunia ini daripada
nikmat mengenal Allah. Bahkan bagi orang yang sudah mengenal-Nya, nikmat dunia
dan seisinya ini tidak akan mampu menandinginya. Alam semesta ini hanya
sebahagian kecil saja dari nikmat yang diberikan Allah kepada
hamba-Nya.

Seseorang tidak akan dapat mengukur nikmat Allah dengan dunia
yang ada di tangannya. Bahkan, alam semesta berikut isinya pun tidak akan mampu
mendatangkan kenikmatan Allah yang tiada tandingannya. Bagi orang yang mengenal
Allah, segala sesuatu kejadian yang menimpa dirinya hanyalah nikmat yang
diberikan oleh-Nya semata.

Kurang wang adalah nikmat karena ia akan
selalu berikhtiar di jalan Allah, sehingga menambah pahala ikhtiar dan kesabaran
jika dirinya tawakkal kepada-Nya. Banyak wang pun merupakan nikmat, karena dapat
lebih banyak mempunyai kesempatan untuk beramal di jalan Allah.

Badan
sihat adalah nikmat, karena ia lebih mampu untuk melakukan ibadah, beramal, dan
berjihad di jalan Allah. Sakit pun merupakan nikmat, karena akan melebur segala
dosa jika dirinya tabah dan sabar menerimanya dengan tidak meninggalkan ikhtiar
zahir; mencari obat penyembuh.

Dipuji adalah nikmat, karena dapat
mendengarkan kebesaran Allah dan merasakan bagaimana hebatnya Allah menutupi
aibnya. Dihina pun merupakan nikmat karena dapat melihat keaiban-keaiban diri
sendiri di samping dapat menjadi ladang pahala sabar bagi dirinya
sendiri.

Bagi orang yang mengenal Allah, semua kejadian adalah nikmat
semata. Subhanallah! Mudah-mudahan kita semua digolongkan oleh-Nya menjadi ahli
makrifat seperti itu. Namun sayang, ternyata hanya sedikit sekali orang yang
mengenal Allah (arifbillah). Kebanyakan hanya tahu nama saja, tidak merasakan
kelazatan nikmat bersama-Nya.

Padahal, barangsiapa sudah merasa
bersama-Nya, tidak mungkin merasa kesepian karena Allah 'Azza wa Jallaa
senantiasa bersama hamba-Nya, bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri.
Bagi orang yang sudah mengenal Allah, tidak mungkin lupa barang sedetik pun
kepada-Nya!

Bagaimana akan lupa, kalau setiap mata memandang segala
sesuatu, yang terbayang dalam benaknya adalah hasil pekerjaan-Nya. Kalau setiap
telinga mendengarkan sesuatu, niscaya segala yang berbunyi itu buah tangan-Nya.
Kalau setiap mulut memakan dan meminum sesuatu, mutlak segala makanan dan air
itu ciptaan-Nya.

Tidak akan merasa kesepian di kala sepi dan terlena di
kala ramai bagi orang yang sudah makrifat kepada-Nya. Karena, Allah-lah Dzat
yang selalu memelihara dan mengawasi setiap makhluk-Nya dengan tanpa mengenal
lupa. Di tengah orang banyak, di tengah pertempuran, di mana saja, mesti ingat
kepada-Nya!

Allah pun pasti akan mencabut rasa takut dari hati orang yang
telah makrifat kepada-Nya. Bagaimana akan takut, sedang segala yang ditakuti
juga diurus oleh-Nya dan pasti akan musnah. Tiada daya dan kekuatan, kecuali
atas izin dan inayah-Nya. Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah!

"Tidak
ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah. Dan
barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. At Taghabun (64):
11]

Lantas, adakah ahli makrifat atau arifbillah takut miskin? Pasti
tidak! Karena, Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya. Bukankah jagad raya dan alam
semesta ini semuanya milik Allah? Bagaimana mungkin takut miskin kalau sudah
kenal dengan Dzat Yang Menguasai segalanya? Makhluk, sedikit pun tidak memiliki
kekuasaaan untuk mempunyai apa-apa, bahkan tubuhnya sendiri pun mutlak
milik-Nya.

Takut miskin itu karena kita belum kenal akan kehebatan dan
kekayaan Allah, ragu terhadap pembahagian kekayaan dari-Nya. Allah-lah Yang Maha
Berkehendak dan Maha Bijaksana. Tiada sedikit pun tandingan bagi-Nya. Allahu
Akbar...!

Sungguh, dunia ini tiada ertinya. Karena yang hebat dan indah
itu hanyalah Allah semata. Oleh sebab itu, tatkala mata terpesona kepada dunia,
sebenarnya bukanlah kepada dunianya, melainkan kepada kehebatan perbuatan-Nya.
Dengan demikian, tidak ada sedikit pun kekurangan dan keburukan di dunia ini
jika dikaitkan kepada Allah.

Kendati mata melihat binatang yang
menjijikkan penuh kuman penyakit sekalipun, pandangannya akan tetap penuh syukur
kepada-Nya. Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah
mentakdirkan kami sebagai makhluk ciptaan-Mu yang sempurna.

Itulah
golongan orang yang sudah merasakan kelezatan dunia. Ternyata kebahagiaan di
dunia ini tidak semata dilihat dari bentuk duniawinya. Karena, kalau cuma itu
yang dijadikan sebatas tanda kebahagiaan, bererti lebih banyak orang kafir yang
hidupnya bahagia, karena mereka lebih banyak dilimpahi kekayaan
dunia.

Alhamdulillah, ternyata yang namanya bahagia adalah jika kita
senantiasa bersama Allah dalam segala keadaan. Imam Al Ghazali menulis dalam
bukunya bahwa akan sedikit di antara umat Muhammad yang masuk kedalam golongan
'Aarifiin (golongan yang mengenal Allah).

Sebagian besar orang sebelum
hatinya ingat kepada-Nya, telah terlebih dahulu ditutupi dengan selalu ingat
kepada dunia dan segala isinya. Dunia yang hanya sebagian kecil dari alam
semesta saja sudah dapat menutupi hatinya, bagaimana mungkin boleh memasuki
tingkat makrifat kepada Allah yang menguasai segala jagad raya alam semesta
ini.

Sebahagian besar dari kita lebih suka kepada dunia daripada
mengharapkan bertemu dengan-Nya. Kita lebih suka dipandang mulia oleh sesama
manusia daripada mencari kemuliaan yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang
yang bertaqwa. Padahal Allah-lah Dzat yang memiliki dan menguasai kebesaran dan
kemuliaan. "Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan."
(QS. Ar Rahman [55]: 27))

No comments:

Post a Comment